Beranda | Artikel
Rincian Amal Jariyah (seri 3)
Senin, 17 Oktober 2016

Di antara yang menjadi amal jariyah lagi adalah mendidik anak menjadi shalih, mewariskan mushaf Al-Quran dan bersiaga di jalan Allah.

 

Mewariskan Mushaf Al-Qur’an

Ini dengan jalan mencetak mushaf atau membeli dan mewakafkannya untuk masjid dan majelis taklim. Hal ini akan membuat kaum muslimin mengambil manfaat. Bagi yang berwakaf seperti ini akan mendapatkan ganjaran yang besar, jika memang yang diberi mushaf Al-Qur’an benar-benar memanfaatkan dengan membacanya, mentadabburi, lebih-lebih lagi mengamalkan isinya.

 

Mendidik Anak Menjadi Shalih

Yang termasuk amal jariyah juga adalah mendidik anak, mengajarkan adab yang baik pada mereka, mendidik mereka menjadi bertakwa dan shalih. Anak shalih inilah yang nanti akan bermanfaat untuk orang tua, akan memberikan kebaikan serta mendoakan ampunan dan rahmat pada orang tuanya. Itulah yang akan menjadi manfaat bagi mayit di kuburnya.

 

Membangun Rumah untuk Ibnu Sabil

Termasuk amal jariyah pula adalah membangunkan rumah untuk Ibnu Sabil (orang yang melakukan perjalanan jauh dan terputus perjalanan). Bukan hanya itu saja, bentuknya bisa membangun rumah untuk para penuntut ilmu, anak yatim, para janda, orang fakir dan miskin. Seperti ini akan terhitung sebagai kebaikan dan ihsan.

 

Bersiaga di Jalan Allah

Dari Salman radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ فِيْهِ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ

Bersiaga (di jalan Allah) sehari semalam lebih baik daripada puasa dan mendirikan sholat satu bulan, dan apabila (orang yang berjaga tersebut) meninggal dunia maka amalan yang sedang dia kerjakan tersebut (pahalanya terus) mengalir kepadanya, rizkinya terus disampaikan kepadanya dan dia terjaga dari ujian (kubur).” (HR. Muslim, no. 1913)

Dari Fudhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu,  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ الْمَيِّتِ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلاَّ الْمُرَابِطَ فَإِنَّهُ يَنْمُو لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيُؤَمَّنُ مِنْ فَتَّانِ الْقَبْرِ

“Setiap orang yang meninggal dunia akan ditutup semua amalannya kecuali orang-orang yang berjaga-jaga (di perbatasan musuh di jalan Allah), karena pahala amalannya akan dikembangkan baginya sampai hari kiamat, dan dia akan diselamatkan dari fitnah kubur”. (HR. Abu Daud, no. 2500. Al-Hafizzh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Hal ini sesuai pula dengan Firman Allah Ta’ala,

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Dan janganlah kamu menganggap orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, akan tetapi ia hidup di sisi Tuhannya dengan diberi rizki.” (QS. Ali-‘Imran: 169)

 

Dikembangkan dari penjelasan Syaikh ‘Abdur Razaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr di sini.

Semoga bermanfaat.

@ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 15 Muharram 1438 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam

Biar membuka Rumaysho.Com mudah, downloadlah aplikasi Rumaysho.Com lewat Play Store di sini.


Artikel asli: https://rumaysho.com/14636-rincian-amal-jariyah-seri-3.html